Setelah sekian lama tanpa komentar, tanpa penyesalan, tanpa ada apapun, tiba-tiba aku terpikir...
Apa jadinya jika dulu, orang ketiga itu tidak muncul?
Apa jadinya ketika orang yang kuanggap sahabat itu tidak muncul dan mendekatinya?
Apa jadinya ketika mereka tidak melakukan pendekatan di belakangku?
Apa jadinya apabila hingga kini aku masih bersamanya, tanpa ada gangguan dari orang itu?
Akankah semua jadi lebih baik untukku, untuknya, dan untuk orang itu?
Apabila dulu ia tidak menusukku dari belakang, dan aku tidak berpura-pura tersenyum seolah tidak peduli, akankah aku dan orang itu masih bersahabat hingga kini?
Akankah persahabatan kami diwarnai rasa peduli yang tulus, bukan penuh kemunafikan seperti saat ini?
Namun jika saat ini aku masih bersamanya,
aku tidak akan pernah bisa memilih untuk bersama dirinya,
laki-laki yang aku sayangi.
Jika ini semua tidak terjadi,
aku tidak akan tahu sifat asli orang itu
Sungguh, demi apapun juga,
aku tidak pernah merasa muak kepada seseorang semuak aku kepada orang itu saat ini.
Sungguh aku tidak pernah menggunakan kata 'orang itu' untuk mendeskripsikan seseorang yang teramat dekat denganku -- ini sebuah penghinaan, di mataku, aku pun tak tahu mengapa aku berbuat seperti ini
Tak pernah sebelumnya, aku pernah berharap seseorang akan lenyap, hilang dari pandanganku. Sungguh aku pun takut dengan sisi diriku yang sangat, sangat jahat
Mungkin aku terlalu lugu
Mungkin aku terlalu idealis dan naif
Tapi sungguh, selama aku menjalin pertemanan dengan teman-temanku yang lain,
Aku tak pernah sebegini putus asanya
Aku tak tahu lagi ini kian ke berapa aku memutuskan untuk diam dan menjauh
Hanya karena takut mengeluarkan kata yang menyakitkan hatinya
Meskipun itu fakta, fakta yang pahit
Namun aku tahu,
Pada akhirnya hanya aku lah yang salah
Karena di matanya, semua yang ia lakukan memiliki alasan yang benar
Ia tidak akan pernah mendengar pendapat orang
Karena ia berhak bahagia, dan sekuat tenaganya ia akan berusaha mempertahankan kebahagiannya
Namun bukankah aku juga berhak bahagia?
Aku tidak pernah bermaksud merebut kembali apa yang telah lepas, tidak.
Aku tidak akan pernah sepicik itu
Namun salahkah aku apabila aku menginginkan persahabatan yang murni?
Sahabat yang tidak hanya ada ketika ia sedang butuh
Sahabat yang tidak membelimu ketika ia sedang senang
Sahabat yang siap mengangkatmu ketika kau terpuruk
Sahabat yang tulus berbahagia ketika dirimu bahagia
Sahabat yang memperhatikan setiap detil ceritamu, berusaha mengingat detil kecil dari hidupmu
Atau setidaknya berusaha untuk mencari tahu tentang dirimu
dan tidak akan pergi di saat kau benar-benar terpuruk.
Mungkin aku tertipu oleh fatamorgana
Ilusi mata yang telah ia desain sedemikian rupa
Mungkin kacamata ini terlalu bias oleh airmata
Sehingga kenyataan yang sesungguhnya kini tidak jelas
Kehilangan dua sahabat sekaligus itu sungguh,
sakit rasanya.
Dan kini,
setelah semua ungkapan jika, andai, dan apabila dikubur dalam-dalam,
para pelakon kembali mengenakan topeng mereka
dan tirai panggung sandiwara pun siap dinaikkan.
Selamat datang di sandiwara kehidupan.