Friday, February 03, 2012

Sepucuk Surat Yang Tak Terkirim

Ketika tekadku bulat untuk meninggalkanmu,
Ketika mantap hatiku untuk fokus pada hidupku sendiri,
kabar itu datang.

Kalau kau ingin tahu apa rasanya, sungguh kabar itu bagai petir di siang bolong.
Tak terduga.

Kupikir jika selama ini kita jarang bertemu, itu hanya semata karena dirimu yang terlalu sibuk dengan urusanmu, dan aku yang sibuk dengan urusanku.
Lalu temanmu memberitahuku, bahwa dirimu tak pernah lagi hadir di kampus kita tercinta. Tak lagi ikut ujian. Dirimu sakit, ucapnya.

Kau tahu betapa cemasnya aku? Betapa khawatirnya diriku?

Dan ketika akhirnya aku bertemu denganmu (yang perlu kau tahu, susahnya minta ampun), kamu bilang padaku bahwa kamu memang sakit.
Sakit jiwa.

Tahukah kamu bahwa saat itu mati-matian aku menahan emosi dan air mata?
Saat itu aku marah kepadamu. Marah karena kamu tidak pernah bilang apa-apa. Marah karena aku tidak pernah menyadarinya. Marah karena tiba-tiba kamu bilang kamu harus pergi--cuti kuliah 2 semester.

Dan dirimu hanya tersenyum lemah, seraya mengucap kata terima kasih.
Bagaimana aku bisa marah kepadamu?

Aku kalut.
Ingatkah dirimu, kak? Saat itu pertama kalinya aku marah kepadamu, ketika biasanya aku selalu saja tersenyum.
Saat itu aku setengah berteriak kepadamu, mungkin suaraku tidak keras, namun setidaknya nadaku seolah menghardikmu. Maaf.
Aku bilang, mengapa kamu tidak pernah bilang apa-apa? Mengapa tidak pernah berbagi masalahmu? Mengapa tidak pernah cerita kepada orang lain? Padahal banyak sekali orang yang khawatir denganmu. Banyak sekali orang yang sayang kepadamu.
Aku dan teman-temanmu yang lain, selalu berusaha menguatkan dirimu. Karena kita senasib, dan kita harus saling menguatkan.

Maka kuatlah kak, kuatlah
Aku tahu kamu bukan laki-laki yang lemah
Laki-laki yang dulu kukenal adalah laki-laki yang di matanya terpancar semangat dan rasa keingintahuan
Yang dari bibirnya selalu mengalir lagu-lagu bernada indah
Yang meski selalu diam, namun kala ia bicara selalu mengalir kata-kata bijak dan cerdas

Kuatlah kak,
Kamu tak sendiri
Aku akan selalu ada, begitu pun teman-teman yang lain
Adik-adik kelasmu yang selalu kagum padamu
Kakak-kakak kelasmu yang menyayangi adik kelasnya satu ini
Teman-teman yang selalu mendukung dan menyemangatimu

Ingatlah,
manusia tidak hidup sendiri
Dan apabila kamu tak sanggup menghadapi masalahmu sendiri
Meminta bantuan orang lain bukan berarti lemah


Kuatlah,
karena aku di sini pun mencoba untuk kuat
Mencoba untuk bertahan dan memutuskan untuk percaya

Dan kini, semua tergantung kepadamu
Selamat berjuang
Kami mendoakan kesembuhanmu
Aku berjuang melawan rindu


Dan saat nanti dirimu kembali,
Yakin lah,
Aku akan tetap di tempat itu dan menunggumu


(untuk laki-lakiku tersayang)

No comments: